Sabtu, 12 April 2008

Persiapan Dana Pendidikan dan Pensiun

Saya karyawan 37 tahun. Saya punya 2 anak berumur 9 tahun dan 5 tahun. Saat ini saya sudah menyisihkan dana sebesar 500 juta (sebagian besar dalam USD) untuk dana pendidikan kedua anak saya kelak ke perguruan tinggi.

Pertanyaan:

  1. Jenis investasi apa yang cocok untuk dana sebesar itu agar nilainya paling tidak tergerus oleh inflasi tapi risiko modal dasar tidak berkurang.
  2. Saya juga sudah mulai ada dana pensiun sebesar 350 juta dan saat ini rata-rata per bulan saya dapat menabung sekitar 80 juta. Juga kemana saya bisa investasi dengan pertimbangan seperti dana pendidikan diatas dan saya pingin pensiun maksimal umur 45 tahun dengan pengeluaran rata-rata sebulan 15 juta.

Pak Rokhman, tampaknya ada 2 hal yang hendak dilakukan. Yang pertama adalah perencanaan biaya pendidikan anak dan yang kedua adalah perencanaan pensiun. Kita akan coba menguraikannya satu persatu. Sesuai informasi yang ada, dana pendidikan yang disiapkan adalah untuk biaya di perguruan tinggi nanti. Katakan usia masuk pendidikan tinggi pada usia 18, maka anak yang pertama akan membutuhkan biaya tersebut 9 tahun lagi, dan anak yang kedua, 13 tahun lagi. Rentang waktu ini cukup lama dan membutuhkan persiapan yang baik pula. Ada beberapa hal yang perlu dijawab sebelum melangkah lebih jauh.

Pertama, apakah Pak Rokhman akan menyediakan dana pendidikan ini sampai dengan S1 ataukah S2?

Kedua, apakah kedua putra Bapak dipersiapkan untuk menempuh pendidikan di universitas luar negeri atau universitas yang berada di Indonesia tetapi mensyaratkan mata uang dollar untuk pembayaran uang sekolahnya, sehingga perlu menyimpannya dalam dollar?

Ketiga, apakah dana yang dipersiapkan tersebut cukup untuk membiayai biaya pendidikan di sekolah yang direncanakan? Jika tidak cukup, berapa besar tambahan yang perlu dipersiapkan?

Keempat, jika terjadi musibah terhadap diri Bapak misalnya meninggal dunia, apakah ada pertanggungan asuransi yang menjamin bahwa dana pendidikan yang telah disiapkan memang dipakai untuk biaya pendidikan anak?

Pertanyaan-pertanyaan di atas perlu dijawab terlebih dahulu, sebelum langkah selanjutnya dilakukan. Keempat pertanyaan tersebut akan memiliki implikasi yang berbeda sesuai dengan perencanaan yang dilakukan. Misalnya : pendidikan untuk S1 direncanakan di Indonesia sedangkan S2 direncanakan di luar negeri. Atau persiapan dana pendidikan tersebut disediakan hanya sampai tingkat S1 saja.

Dengan perencanaan lebih detil, kita akan lebih mudah menghitung berapa besar dana yang dibutuhkan. Dan berapa besar Uang Pertanggungan Asuransi yang dibeli.

Perencanaan kedua adalah perencanaan pensiun. Masa perencanaan pensiun cukup lama, sehingga perlu pemikiran yang lebih matang. Usia Bapak saat ini 37 tahun, 8 tahun lagi diharapkan sudah dapat pensiun. Sedangkan masa pensiun [dengan asumsi harapan hidup sampai dengan usia 75 tahun] akan berlangsung selama 30 tahun. Jadi selama 8 tahun ke depan, Bapak akan menyiapkan dana untuk kehidupan selama 30 tahun berikutnya.

Dari sisi finansial, dengan kemampuan menabung sebesar Rp. 80 juta sebulan, dan biaya hidup di awal masa pensiun sebesar Rp. 15 juta, Bapak agak longgar dalam mempersiapkan masa pensiun yang diidamkan.

Dengan menggabungkan kedua perencanaan di atas, maka Bapak dapat lebih ringan mempersiapkannya. Kedua target tersebut memerlukan ‘kendaraan investasi’ yang sesuai dengan kepribadian Bapak. Secara umum ada 2 bentuk instrumen investasi. Yang pertama, investasi portofolio, misalnya menempatkan dana pada saham, obligasi, reksadana, SBI. Dan yang kedua, investasi riil, misalnya mengalokasikan dana untuk dikembangkan pada bisnis tertentu, properti [baik rumah, tanah atau apartemen].

Karena masa perencanaan yang cukup lama, maka instrumen investasi yang berjangka pendek seperti SBI kurang cocok untuk dipakai. Demikian pula obligasi yang jatuh tempo dalam jangka waktu dekat, juga kurang cocok.

Dari pengalaman masa lalu, baik investasi portofolio maupun investasi riil memiliki tingkat pengembalian investasi di atas inflasi yang ada. Tinggal kita pintar-pintar untuk mengatur alokasi untuk masing-masing instrumen. Setiap instrumen di atas memiliki tingkat risiko yang berbeda dan memerlukan pengetahuan yang berbeda pula. Pastikan bahwa Bapak memiliki pengetahuan yang memadai, jika ingin terjun ke instrumen investasi tertentu.

Dan jangan lupa juga untuk melengkapinya dengan polis asuransi, agar perencanaan yang telah disusun dapat tetap berjalan meskipun Bapak sebagai pencari nafkah mengalami musibah Selamat berinvestasi dan berasuransi.

Joannes Widjajanto-Shildt Financial Planning

Dikutip dari http://www.detikfinance.com

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda